Minggu, 01 Oktober 2017

Tugas 1 Penulisan & Presentasi

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI


Disusun Oleh:
ADITIYA DARMAWAN
NPM. 103151565



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.                 LATAR BELAKANG
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang terus meningkat, maka kebutuhan masyarakat terhadap proyek konstruksi semakin meningkat, sehingga tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan sebuah proyek semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, berarti semakin panjang durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek dan memerlukan pengelolaan yang serius untuk mencapai hasil yang maksimal.
Manajemen konstruksi adalah perencaaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek untuk mencapai tujuan proyek tanpa ada penyimpangan. Manajemen yang efektif dari suatu program selama siklus operasi proyek konstruksi memerlukan pengorganisasian biaya dan sistem pengontrolan yang baik. Dengan manajemen waktu dan biaya yang tepat dan pelaksanaan yang baik, maka resiko proyek akan mengalami keterlambatan akan menjadi kecil.
Perencanaa serta pengendalian biaya dan waktu merupakan bagian dari manajemen konstruksi secara keseluruhan . selain penilaian dari segi kualitas, prestasi suatu proyek dapat pula dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yan telah digunakan dalam menyelesaika suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana.
Pengendalian waktu yang baik diharapkan dapat membantu pelaksanaan proyek sesuai dengan waktu yang direncanakan. Banyak metode yang digunakan dalam manajemen waktu.

1.2.                 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah diperlukan agar penelitian mempunyai arah dalam pengerjaannya, maka diperlukan rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana penerapan metode untuk memperkirakan waktu akhir penyelesaian proyek, apakah sesuai dengan rencana awal proyek?

1.3                   TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitan adalah:
1.      Mengetahui bagaimana penerapan metode dalam memperkirakan waktu akhir penyelesaian proyek, apakah sesuai dengan rencana awal jadwal proyek.

1.4.                 BATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:
1.      Pengambilan data dilakukan pada proyek pembangunan yang sedang berlangsung.
2.      Analisis mencakup variable waktu.



BAB II

2.1.                 Tinjauan Pustaka
          Konsep “Earned Value” merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pengelolaan proyek yang mengintegrasikan biaya dan waktu. Konsep Earned Value menyajikan tiga dimensi yaitu penyelesaian fisik dari proyek yang mencerminkan rencana penyerapan biaya, dengan konsep Earned Value dapat dihubungkan antara kinerja biaya dengan waktu yang berasal dari perhitungan varian biaya dan waktu.

2.2.                 Pengendalian Proyek
          Pengendalian menurut R. J. Mockler sebagaimana dikutip Soeharto (1999: 228) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar. Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap. Maka untuk dapat melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan. Dalam pengendalian proyek dikenal beberapa alat untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, diantaranya adalah:
1. Kurva S Kurva S adalah gambaran yang menjelaskan tentang seluruh jenis pekerjaan, volume pekerjaan dalam satuan waktu dan ordinatnya adalah jumlah presentasse (%) kegiatan pada garis waktu.
2. CPM (Critical Path Method) Dikutip dari Sandyavitri (2008, hal. 4), menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek-proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan.

2.3.                 Pengendalian Waktu Proyek
             Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan laporan progress harian/ mingguan/ bulanan untuk melaporkan hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya.

2.4.                 Pengendalian Biaya Proyek
          Biaya-biaya konstruksi proyek perlu dikelompokkan agar dalam analisa perhitungan earned value. Menurut Asiyanto (2005), Biaya konstruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian. Unsur utama dari biaya konstruksi adalah biaya material, biaya upah dan biaya alat






BAB III

3.1.                 Konsep Earned Value
          Konsep Earned Value dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek waktu.Tiga elemen dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa kinerja dari proyek berdasarkan konsep earned valueyaitu :
1. Planed Value (PV)atau Budgeted Cost of Work Schedule (BCWS)
2. Actual Cost (AC)atau Actual Cost of Work Performed (ACWP)
3. Earned Value (EV)atau Budgeted Cost of Work Performed (BCWP)

3.2.                 Penilaian Kinerja Proyek Dengan Konsep Earned Value
          Penilain kinerja proyek dapat dilihat dari Grafik Kinerja Biaya dan Waktu, Kondisi 2 dan kondisi 3 oleh Husen (2010, hal. 179), sebagai berikut :
Image result for grafik kinerja biaya dan waktu
Gambar 1 Grafik Kinerja Biaya dan Waktu

Berdasarkan grafik tersebut dapat digambarkan 4 (empat) kondisi progres proyek pada periode tertentu.
1.      Kondisi 1 (satu),BCWP< BCWS menunjukan proyek mengalami penyimpangan waktu (schedule overrun) dan ACWP < BCWP menunjukkan AC < EV berarti tidak terjadi penyimpangan biaya (cost onderrun).
2.      Kondisi 2 (dua), BCWP < BCWS menunjukan bahwa proyek tersebut mengalami keterlambatan (schedule overrun) dan juga terjadi penyimpangan biaya (cost overrun) oleh karena nilai ACWP > BCWP.
3.      Kondisi 3 (tiga) menunjukan nilai ACWP > BCWP atau menggambarkan AC > EV, sehingga dapat dapat dikatakan terjadi penyimpangan biaya (cost overrun). Selain itu, terjadi percepatan dari Rencana Anggaran Biaya yg ada disebabkan nilai BCWP > BCWS (schedule underrun).
4.      Kondisi 4 (empat), terjadi percepatan dari jadwal yg ada (schedule underrun) dan penghematan (cost underrun) bersama-sama oleh karena nilai BCWP > BCWS dan ACWP < BCWS < BCWP. Kondisi ini menggambarkan nilai hasil (earned value) yang baik karena nilai BCWP > BCWS > ACWP.

3.3.                 Analisa Varian
Analisa Varian yang digunakan pada metode ini merujuk pada Analisa Varian Terpadu oleh Soeharto (1995, hal. 273) dalam tabel berikut ini :
Image result for analisa varian terpadu

3.4.                 Analisa Perkiraan Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek
Estimate to Complete (ETC)
ETC merupakan perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa pada minggu yang ditinjau, dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan tetap sama sampai dengan akhir proyek. Menurut Soeharto (1995, hal. 280), perkiraan tersebut dapat diekstrapolasi dengan beberapa cara:
1. Pekerjaan sisa membutuhkann biaya sebesar anggaran
2. Kinerja sama besar sampai akhir proyek
3. Campuran Pendekatan yang digunakan menggabungkan kedua cara tersebut.
Bila persentase pekerjaan di bawah 50% menggunakan rumus:
ETC = (AnggaranEV)............................................................................(5)
Keterangan : ETC = Estimate to Complete (Rp)
EV = Earned Value (Rp)
Bila persentase pekerjaan di atas 50% menggunakan rumus:
ETC = (Anggaran total – EV) CPI….………..………………….....(6)
Keterangan : ETC = Estimate To Complete (Rp)
EV = Earned Value (Rp)
CPI = Cost Performance Index

3.5.                 Pemendekan Durasi Dengan Metode Crashing Time
Menurut Ervianto (2004, hal. 55), terminologi proses crashing adalah dengan mereduksi durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Pemendekan durasi tentunya harus menambah sumber daya, termasuk biaya dan mempercepat pelaksanaan kegiatan. Akibat semakin banyak kegiatan yang dipendekan maka terjadi penambahan biaya pada item pekerjaan tersebut, namun biaya total pekerjaan akan dapat diminimilisir dari total biaya yang seharusnyya dikeluarkan akibat keterlambatan tersebut. Kondisi yang terjadi di lapangan mengakibatkan dilakukan alternatif pengendalian berdasarkan metode lembur. Perhitungan dilakukan dengan menganalisa cost slope dan harga setelah dilakukan crash program.Acuan crashing program menurut Husen (2010, hal. 212), dilakukan pada kegiatan yang berada pada lintasan kritis.
Crash Duration /Durasi Yang Dipendekan (CD)
          Diperoleh berdasarkan perbandingan nilai Volume dan Produktivitas Lembur.
Crash Cost (Biaya Pemendekan Durasi)
Diperoleh berdasarkan penjumlahan biaya sewa alat menurut analisa biaya operasi peralatan perusahaan dan hasil wawancara serta observasi dilapangan.


BAB IV


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja pekerjaan berjalan buruk karena tidak sesuai jadwal (terlambat) dan biaya
pun lebih tinggi dari nilai kontrak. Hal ini ditunjukkan pada minggu ke-18 sampai
dengan minggu ke-30, CPI dan SPI <1 berarti bahwa AC > EV dan proyek berjalan
lebih lambat dari pada target yang direncanakan (PV).

DAFTAR PUSTAKA
Adoe, M., 2010.Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek
            Konstruksi Gedung. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
            Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Asiyanto.2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi.Pradnya paramitha,
Jakarta.

Dannyanti, E., 2010. Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode PERT dan
            CPM.Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Dipohusodo, I., 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 1 dan 2,Kanisius,
            Yogyakarta.

Ervianto, Wulfram., 2004. Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.Penerbit
            Andi. Yogyakarta.
Husen, Abrar., 2010. Manajemen Proyek.Penerbit Andi. Yogyakarta.
Leonda, Gesti., 2008. Studi Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi pada
            Tahun 2007 di Daerah Belitung.Skripsi Jurusan Teknik Sipil dan
            Perencanaan, Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia,

            Yogyakarta.

Jumat, 16 Juni 2017

Metode 2 Fase

Metode 2 Fase
            Dalam menyelesaiakan suatu persoalan dimana variabelnya lebih dari dua, juga menggunakan suatu metode yang bertahap. Metode ini disebut sebagai metode dua phase.

            Pada dasarnya Metode dua fase (phase) sama seperti metode big M yang juga digunakan untuk menyelesaikan persoalan pemrograman linier yang memiliki bentuk yang tidak standar.  Berikut ini adalah prosedur menggunakan metode dua fase.
1.    Inisialisasi
                        Menambahkan variabel-variabel artifisal pada fungsi kendala yang memiliki bentuk tidak standar. Variabel artificial ini ditambahkan pada fungsi batasan yang pada mulanya memiliki tanda (³). Hal ini digunakan agar dapat mencari solusi basic fesibel awal.
2.    Fase 1
                        Digunakan untuk mencari basic fesibel awal.  Pada fase 1 memiliki langkah-langkah dimana tujuannya adalahm meminimalkan variabel artifisial ( Min Y= Xa)
s.t : Ax = b
        X = 0
                        Pada fase pertama bertujuan untuk memperoleh penyelesaian yang optimum dari suatu permasalahan. Pada fase pertama fungsi tujuan selalu minimum variabel artificial, meskipun permasalahan yang ada adalah permasalahan yang maksimum. Dalam meyelesaiakan pada fase pertama, yaitu membuat nilai nol dulu pada variabel artifisial, kemudian melanjutkan iterasi seperti proses iterasi biasanya(dengan aturan meminimumkan). Berhenti ketika pada baris ke-0 bernilai £ 0.
                        Fase pertama dianggap telah selesai atau memperoleh penyelesaian yang optimal adalah apabila variabel artifisial adalah merupakan variabel basis. Sedangkan apabila variabel artifisial adalah variabel non basis, maka masalah dianggap tidak mempunyai penyelesaian yang optimal, sehingga harus dilanjutkan ke fase yang kedua.
Pada fase kedua, tujuannya sama seperti fase pertama, yaitu untuk mendapatkan penyelesaian yang optimal dari suatu permasalahan yang ada. Fase dua berhenti sesuai dengan tujuan awal permasalahan.
3.               Fase 2
                        Digunakan untuk mencari solusi optimum pada permasalahan riil. Karena variabel artifisial bukan merupakan termasuk variabel dalam permasalahan riil, variabel artifisial tersebut dapat dihilangkan ( Xa=0). Bermula dari solusi BF yang didapatkan dari akhir fase 1. Pada fase 2 ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Fungsi tujuan bisa memaksimalkan dan juga bisa meminimalkan tergantung pada
permasalahan yang dihadapi.
2.      Menggunakan fungsi batasan (s.t) dari fase 1, melakukan proses iterasi seperti biasanya
dan berhenti sesuai funsi obyektif awal


Contoh persoalan:

Metode ini digunakan untuk menyelesaikan persoalan PL yang memuat variabel buatan
            Contoh =         Min  Z  =  4 X1 +  X2     
            Kendala                            3 X1 +  X2     =  3
                                                     4 X1 + 3 X2    ³  6
                                                        X1 + 2 X2     £  4
                                                        X1 , X2    ³  0
Tahap 1 :
Bentuk dengan var buatan : R1 dan R2
            Min  r =                                   R1 + R2
            Kendala                       3 X1 + X+ R1  = 3
                                   4 X1 + 3 X2  - X3 - R= 6
                                            X1 + 2 X2  + X4 = 4
                            X1 , X,  X, R1 , R2 , X4    ³  0

Fungsi tujuan   r  =  R1 + R2
                          =  ( 3 – 3 X1 -  X2  ) + ( 6 - 4 X1 - 3 X2  + X3  )
                                      =  -7 X1  -  4 X2   +   X3   +   9         
       Tabel Awal
VB
X1
X2
X3
R1
R2
X4
NK
r
7
4
-1
0
0
0
9
R1
3
1
0
1
0
0
3
R2
4
3
-1
0
1
0
6
X4
1
2
0
0
0
1
4

       Tabel optimum : setelah 2 iterasi ( periksa ! )
VB
X1
X2
X3
R1
R2
X4
NK
r
0
0
0
-1
-1
0
0
X1
1
0
1/5
3/5
-1/5
0
3/5
X2
0
1
-3/5
-4/5
3/5
0
6/5
X4
0
0
1
1
-1
1
1

                Karena minimum solusi r = 0, masalah ini memiliki pemecahan ( solusi ) layak. Lanjutkan ke tahap( Fase )kedua.
Tahap 2
F Menyingkirkan variabel buatan ( R1 dan R)
F Dari tabel optimum tahap 1 didapatkan :
 X1 +  1/5X3        =  3/5
 X2 -  3/5X3         =  6/5
 X3 +  X4                       =  1

Masalah semula ditulis :
                        Min  Z  =  4 X1 +  X
Kendala           X1 +  1/5X3         =  3/......... ( 1 )
                        X2 -  3/5X3          =  6/......... ( 2 )
                        X3 +  X4              =  1
                        X1 , X,  X, R1 , R2 , X4    ³  0

       Maka terdapat 3 persamaan dan 4 variabel sehingga solusi dasar layak didapat dg membuat  (4 – 3) = 1 variabel dibuat nol
                        X3  =  0 -> X1  =  3/5  ;  X2  =  6/5  ;  X4  =  1

F Fungsi tujuan       Z = 4 X1 +  X
                                    =  4 (  3/5 +  1/X3  ) + (6/5  +  3/5X)
                                    =  - 1/X3   +  18/5
           
Tabel Awal
Var msk
VB
X1
X2
X3
X4
NK
Z
0
0
1/5
0
18/5
X1
1
0
1/5
0
3/5
X2
0
1
-3/5
0
6/5
X4
0
0
1
1
1





    


Tabel optimum
VB
X1
X2
X3
X4
NK
Z
0
0
0
-1/5
17/5
X1
1
0
0
-1/5
2/5
X2
0
1
0
3/5
9/5
X3
0
0
1
1
1









Sumber            :