ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN
WAKTU PADA PROYEK KONSTRUKSI
Disusun Oleh:
ADITIYA
DARMAWAN
NPM. 103151565
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Seiring dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang terus meningkat, maka kebutuhan
masyarakat terhadap proyek konstruksi semakin meningkat, sehingga tingkat
kesulitan untuk mengelola dan menjalankan sebuah proyek semakin tinggi. Semakin
tinggi tingkat kesulitannya, berarti semakin panjang durasi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek dan memerlukan pengelolaan yang
serius untuk mencapai hasil yang maksimal.
Manajemen
konstruksi adalah perencaaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek untuk
mencapai tujuan proyek tanpa ada penyimpangan. Manajemen yang efektif dari
suatu program selama siklus operasi proyek konstruksi memerlukan
pengorganisasian biaya dan sistem pengontrolan yang baik. Dengan manajemen
waktu dan biaya yang tepat dan pelaksanaan yang baik, maka resiko proyek akan
mengalami keterlambatan akan menjadi kecil.
Perencanaa serta
pengendalian biaya dan waktu merupakan bagian dari manajemen konstruksi secara
keseluruhan . selain penilaian dari segi kualitas, prestasi suatu proyek dapat
pula dinilai dari segi biaya dan waktu. Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu
yan telah digunakan dalam menyelesaika suatu pekerjaan harus diukur secara
kontinyu penyimpangannya terhadap rencana.
Pengendalian
waktu yang baik diharapkan dapat membantu pelaksanaan proyek sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Banyak metode yang digunakan dalam manajemen waktu.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah diperlukan agar penelitian mempunyai arah dalam pengerjaannya, maka
diperlukan rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
penerapan metode untuk memperkirakan waktu akhir penyelesaian proyek, apakah
sesuai dengan rencana awal proyek?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya
penelitan adalah:
1.
Mengetahui
bagaimana penerapan metode dalam memperkirakan waktu akhir penyelesaian proyek,
apakah sesuai dengan rencana awal jadwal proyek.
1.4.
BATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi
oleh hal-hal sebagai berikut:
1.
Pengambilan data
dilakukan pada proyek pembangunan yang sedang berlangsung.
2.
Analisis
mencakup variable waktu.
BAB II
2.1.
Tinjauan Pustaka
Konsep “Earned Value” merupakan salah satu alat yang
digunakan dalam pengelolaan proyek yang mengintegrasikan biaya dan waktu. Konsep
Earned Value menyajikan tiga dimensi
yaitu penyelesaian fisik dari proyek yang mencerminkan rencana penyerapan
biaya, dengan konsep Earned Value
dapat dihubungkan antara kinerja biaya dengan waktu yang berasal dari
perhitungan varian biaya dan waktu.
2.2.
Pengendalian Proyek
Pengendalian menurut R. J. Mockler sebagaimana dikutip
Soeharto (1999: 228) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan
pelaksanaan dengan standar menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara
pelaksanaan dan standar. Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup
proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap. Maka untuk
dapat melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan. Dalam pengendalian
proyek dikenal beberapa alat untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
diantaranya adalah:
1. Kurva S Kurva S
adalah gambaran yang menjelaskan tentang seluruh jenis pekerjaan, volume
pekerjaan dalam satuan waktu dan ordinatnya adalah jumlah presentasse (%)
kegiatan pada garis waktu.
2. CPM (Critical Path
Method) Dikutip dari Sandyavitri (2008, hal. 4), menurut Levin dan Kirkpatrick
(1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk
merencanakan dan mengawasi proyek-proyek merupakan sistem yang paling banyak
dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan
jaringan.
2.3.
Pengendalian Waktu Proyek
Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar
dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan
laporan progress harian/ mingguan/ bulanan untuk melaporkan hasil pekerjaan dan
waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan dibandingkan dengan
waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap
periodenya.
2.4.
Pengendalian Biaya Proyek
Biaya-biaya konstruksi proyek perlu dikelompokkan agar
dalam analisa perhitungan earned value. Menurut Asiyanto (2005), Biaya
konstruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
kegiatan pengendalian. Unsur utama dari biaya konstruksi adalah biaya material,
biaya upah dan biaya alat
BAB III
3.1.
Konsep Earned Value
Konsep Earned Value dapat digunakan sebagai alat ukur
kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek waktu.Tiga elemen dasar
yang menjadi acuan dalam menganalisa kinerja dari proyek berdasarkan konsep
earned valueyaitu :
1. Planed Value
(PV)atau Budgeted Cost of Work Schedule (BCWS)
2. Actual Cost (AC)atau
Actual Cost of Work Performed (ACWP)
3. Earned Value
(EV)atau Budgeted Cost of Work Performed (BCWP)
3.2.
Penilaian Kinerja Proyek Dengan Konsep Earned Value
Penilain kinerja proyek dapat dilihat
dari Grafik Kinerja Biaya dan Waktu, Kondisi 2 dan kondisi 3 oleh Husen (2010,
hal. 179), sebagai berikut :

Gambar 1 Grafik
Kinerja Biaya dan Waktu
Berdasarkan
grafik tersebut dapat digambarkan 4 (empat) kondisi progres proyek pada periode
tertentu.
1. Kondisi
1 (satu),BCWP< BCWS menunjukan proyek mengalami penyimpangan waktu (schedule
overrun) dan ACWP < BCWP
menunjukkan AC < EV berarti tidak terjadi penyimpangan biaya (cost onderrun).
2. Kondisi
2 (dua), BCWP < BCWS menunjukan bahwa proyek tersebut mengalami keterlambatan
(schedule overrun) dan
juga terjadi penyimpangan biaya (cost
overrun) oleh karena nilai ACWP > BCWP.
3. Kondisi
3 (tiga) menunjukan nilai ACWP > BCWP atau menggambarkan AC > EV, sehingga
dapat dapat dikatakan terjadi penyimpangan biaya (cost overrun). Selain itu, terjadi percepatan dari
Rencana Anggaran Biaya yg ada disebabkan nilai BCWP > BCWS (schedule
underrun).
4. Kondisi
4 (empat), terjadi percepatan dari jadwal yg ada (schedule underrun) dan penghematan (cost underrun) bersama-sama oleh karena nilai BCWP
> BCWS dan ACWP < BCWS < BCWP. Kondisi ini menggambarkan nilai hasil (earned value) yang baik karena nilai
BCWP > BCWS > ACWP.
3.3.
Analisa Varian
Analisa
Varian yang digunakan pada metode ini merujuk pada Analisa Varian Terpadu oleh
Soeharto (1995, hal. 273) dalam tabel berikut ini :

3.4.
Analisa Perkiraan
Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek
Estimate
to Complete (ETC)
ETC
merupakan perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa pada minggu yang ditinjau,
dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan tetap sama sampai dengan akhir
proyek. Menurut Soeharto (1995, hal. 280), perkiraan tersebut dapat diekstrapolasi
dengan beberapa cara:
1.
Pekerjaan sisa membutuhkann biaya sebesar anggaran
2.
Kinerja sama besar sampai akhir proyek
3.
Campuran Pendekatan yang digunakan menggabungkan kedua cara tersebut.
Bila persentase pekerjaan di bawah 50%
menggunakan rumus:
ETC = (AnggaranEV)............................................................................(5)
Keterangan : ETC = Estimate to
Complete (Rp)
EV = Earned Value (Rp)
Bila persentase pekerjaan di atas 50%
menggunakan rumus:
ETC = (Anggaran total – EV) CPI….………..………………….....(6)
Keterangan : ETC = Estimate To
Complete (Rp)
EV = Earned Value (Rp)
CPI
= Cost Performance Index
3.5.
Pemendekan Durasi Dengan Metode Crashing
Time
Menurut Ervianto (2004, hal. 55),
terminologi proses crashing adalah dengan mereduksi durasi suatu
pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Pemendekan
durasi tentunya harus menambah sumber daya, termasuk biaya dan mempercepat
pelaksanaan kegiatan. Akibat semakin banyak kegiatan yang dipendekan maka
terjadi penambahan biaya pada item pekerjaan tersebut, namun biaya total pekerjaan
akan dapat diminimilisir dari total biaya yang seharusnyya dikeluarkan akibat keterlambatan
tersebut. Kondisi yang terjadi di lapangan mengakibatkan dilakukan alternatif
pengendalian berdasarkan metode lembur. Perhitungan dilakukan dengan menganalisa
cost slope dan harga setelah dilakukan crash program.Acuan crashing
program menurut Husen (2010, hal. 212), dilakukan pada kegiatan yang
berada pada lintasan kritis.
Crash
Duration /Durasi
Yang Dipendekan (CD)
Diperoleh berdasarkan perbandingan
nilai Volume dan Produktivitas Lembur.
Crash
Cost (Biaya
Pemendekan Durasi)
Diperoleh
berdasarkan penjumlahan biaya sewa alat menurut analisa biaya operasi peralatan
perusahaan dan hasil wawancara serta observasi dilapangan.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja pekerjaan berjalan
buruk karena tidak sesuai jadwal (terlambat) dan biaya
pun lebih tinggi dari nilai
kontrak. Hal ini ditunjukkan pada minggu ke-18 sampai
dengan minggu ke-30, CPI dan SPI
<1 berarti bahwa AC > EV dan proyek berjalan
lebih lambat dari pada target
yang direncanakan (PV).
DAFTAR PUSTAKA
Adoe, M., 2010.Identifikasi
Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek
Konstruksi Gedung. Skripsi Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Universitas
Nusa Cendana, Kupang.
Asiyanto.2005. Manajemen
Produksi untuk Jasa Konstruksi.Pradnya paramitha,
Jakarta.
Dannyanti, E., 2010. Optimalisasi
Pelaksanaan Proyek dengan Metode PERT dan
CPM.Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Dipohusodo, I., 1996. Manajemen
Proyek & Konstruksi Jilid 1 dan 2,Kanisius,
Yogyakarta.
Ervianto, Wulfram., 2004. Teori-Aplikasi
Manajemen Proyek Konstruksi.Penerbit
Andi.
Yogyakarta.
Husen, Abrar., 2010. Manajemen
Proyek.Penerbit Andi. Yogyakarta.
Leonda, Gesti., 2008. Studi
Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi pada
Tahun 2007 di Daerah Belitung.Skripsi Jurusan
Teknik Sipil dan
Perencanaan,
Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.